Semua kecemasan yang aku buat sendiri, semua bayang-bayang
insomnia kelabu, yang tak jelas apa yang dirasa, semua perasaan gundah
mengganggu, semua rindu yang tak sampai, semua tawa yang terbahak, semua senyum
yang terbendung dan mengembang. Semua makhluk itu adalah “kamu”.
Aku adalah batrai lowbat yang menggelisahkan mu setiap saat,
harap-harap cemas kekasihmu mengkhawatirkanmu, bukan aku. Aku adalah kemacetan
kota yang kau maki-maki, karena tak sabar kau temui kekasihmu. Aku adalah setetes
tinta yang kau tipe-x. Aku adalah kertas yang kau buang setelah basah kau
keningi.
Aku adalah helm yang terlalu besar yang membuat telingamu
sakit. Aku adalah angin yang menusuk-nusuk tulangmu, di pagi hari kau beranjak
kerja. Aku adalah hujan yang menghentikanmu di halte bis. Aku adalah kubangan
air yang kau hindari di pojokan jalanan gang.
Aku adalah semua hal yang kau sebut sedih. Aku adalah lapar
yang tak sempat sahur ketika berpuasa. Aku adalah telat yang mengkhawatirkan
kelasmu. Aku adalah lipstik yang tak sempat membalut bibirmu. Aku adalah kusam
yang kau kesalkan. Aku adalah keringat yang kau kecutkan.
Semua kecemasan yang aku buat sendiri adalah bayang-bayang
yang gugup untuk jujur, berharap tetap memberi atau ingin juga meminta.
Keraguan yang setiap kali memuncak di rasa kantuk, selalu bisa membuatku
terjaga. Dikatakan atau tidak, tidak berpengaruh pada nya. Kau tahu atau tidak,
tidak juga berpengaruh bagi nya. Nampaknya bila sudah terbakar, ya tanpa
alasan, hanguslah ia.
Perasaan mungkin jadi satu-satunya alasan untuk semua orang
bekerja. Seperti sakit, atau cinta. Perasaan selalu saja datang pada hal yang
disebut indah. Atau mungkin perasaan bersifat indah? Indah atau sakit,
tergantung seberapa luas dada kita melapang. Seperti gelas atau selebar lautan
luas. Semua luka adalah indah. Semua derita adalah bahagia. semua bahagia
adalah derita, untuk dia atau untuk mereka. Setiap suka adalah nada,
mendendang-dendang di tengah hari sekalipun.
Tinta selalu punya cara bagaimana mengobati kekasihnya yang
sakit. Derit-derit hati terobati oleh ringkihannya di atas kertas. Desir panas
di hati seketika jadi jiwa setiap penulis. Jadi judul di setiap bukunya. Jadi
nyawa di setiap kehidupannya.
Di tulis pada 25 Juni 2016