Ayah:
Selamat
datang sepi yang baru
Kau
sudah hidup di bumi selama 1/5 abad
Berpuluh
tahun kau sudah menjejal oksigen bumi
Dosa-dosa
dan doa-doa telah berjejalan masuk dari telinga, mata, mulut, kepala dan
seluruh tubuhmu yang pernah tumbuh celah.
Semenjak
20 tahun yang lalu. Pertama kali kau:
Kulitmu,
mekar dalam udara. Di planet paling nyaman sejagad raya. Hidungmu megap-megap
berlomba menghirup oksigen. Dalam tangis cempreng yang menderu-deru mulut
mungilmu. Tangis bahagia, begitu kata mbah uti. Dikumandangkan kalimat-kalimat seruan Allah ditelingamu. Tidak ada suara selain adzan, bunyi
tangismu, komat-kamit doa, dan hening. Sakral. Lalu senyum dan tawa bahagia
dari para saudara-saudaramu.
Ayah-ibumu
menitikan air mata,
“selamat
datang nak. Di dunia yang rumit dan pelik. Pantas kau menangis. Intuisi manusia
memang tajam, dunia ini penuh tipu daya. Tuhan telah menitipkan amanat-Nya
kepada kita, ayah dan ibumu. Sebagai cabang-cabang kesunyian Tuhan paling
mutakhir. Sekali lagi, selamat datang nak.” Bisik ayahmu dengan sedu-sedan menggendongmu.
Kau
sekarang sudah tumbuh dewasa.
Kau
tumbuh dengan doa-doa dan dosa-dosa yang selalu hidup beriringan.
Berdamailah
dengan doa, berperanglah dengan dosa.
Dalam
tahun-tahun perjalanan hidupmu menua, jangan
Pernah
sekalipun kau lupa Allah.
Beribadah
dan berdoalah selalu dengan rajin.
Laki-laki!
Kelak,
jika engkau menjadi laki-laki, ketika kau putuskan untuk meminang wanita. Ingat
nak, yang kamu pinang bukan hanya gadisnya. Bukan hanya pernikahan kamu dengan
dia, tetapi pernikahan dua keluarga. keluarganya dan keluargamu, mengikat tali
saudara baru, tanpa dendam dan benci. Seharusnya.
Begitulah
tugas laki-laki. Kau yang menjadi pilar utama utuhnya keluarga, utuhnya tali
silaturahmi! Jangan pernah kau bercandai hal seperti ini. Atau kau akan memakan
lidahmu seumur-umur.
Semoga
kau tidak lupa nasehatku.
Sangar... :o
BalasHapus