Selasa, 04 Juli 2017

Laki-laki Yang Pertama Kali Menjadi Ayah



Ayah:
Selamat datang sepi yang baru
Kau sudah hidup di bumi selama 1/5 abad
Berpuluh tahun kau sudah menjejal oksigen bumi
Dosa-dosa dan doa-doa telah berjejalan masuk dari telinga, mata, mulut, kepala dan seluruh tubuhmu yang pernah tumbuh celah.

Semenjak 20 tahun yang lalu. Pertama kali kau:
Kulitmu, mekar dalam udara. Di planet paling nyaman sejagad raya. Hidungmu megap-megap berlomba menghirup oksigen. Dalam tangis cempreng yang menderu-deru mulut mungilmu. Tangis bahagia, begitu kata mbah uti. Dikumandangkan kalimat-kalimat seruan Allah ditelingamu. Tidak ada suara selain adzan, bunyi tangismu, komat-kamit doa, dan hening. Sakral. Lalu senyum dan tawa bahagia dari para saudara-saudaramu.

Ayah-ibumu menitikan air mata,
“selamat datang nak. Di dunia yang rumit dan pelik. Pantas kau menangis. Intuisi manusia memang tajam, dunia ini penuh tipu daya. Tuhan telah menitipkan amanat-Nya kepada kita, ayah dan ibumu. Sebagai cabang-cabang kesunyian Tuhan paling mutakhir. Sekali lagi, selamat datang nak.” Bisik ayahmu dengan sedu-sedan menggendongmu.

Kau sekarang sudah tumbuh dewasa.
Kau tumbuh dengan doa-doa dan dosa-dosa yang selalu hidup beriringan.
Berdamailah dengan doa, berperanglah dengan dosa.

Dalam tahun-tahun perjalanan hidupmu menua, jangan
Pernah sekalipun kau lupa Allah.
Beribadah dan berdoalah selalu dengan rajin.

Laki-laki!
Kelak, jika engkau menjadi laki-laki, ketika kau putuskan untuk meminang wanita. Ingat nak, yang kamu pinang bukan hanya gadisnya. Bukan hanya pernikahan kamu dengan dia, tetapi pernikahan dua keluarga. keluarganya dan keluargamu, mengikat tali saudara baru, tanpa dendam dan benci. Seharusnya.
Begitulah tugas laki-laki. Kau yang menjadi pilar utama utuhnya keluarga, utuhnya tali silaturahmi! Jangan pernah kau bercandai hal seperti ini. Atau kau akan memakan lidahmu seumur-umur.
Semoga kau tidak lupa nasehatku.

1 komentar:

Terima kasih sudah berkenan membaca.