Kamis, 04 Februari 2016

Aku ingin menulis


Aku ingin menulis, menulis dan terus menulis, sampai tinta berteriak menangis. Meminta agar aku tidak terlalu bengis menuang detik kehidupan yang memang tragis. Tragis bila memang kita tidak mau bangun dan bangkit melakukan apa yang seharusnya dilakukan, berjuang apa yang seharusnya di perjuangkan, membela apa yang seharusnya di bela.

Aku ingin menangis, tapi cukup di dalam hati. Karena hati ku yang sakit, bukan mata ku. Bahkan mataku tak mampu mengartikan semua kesakitan ini. Kesakitan yang hanya bahasa hati yang tahu maknanya.

Aku ingin berlari, berlari pada ketenangan dan kedamaian. Berlari pada saat itu juga, pada saat aku sudah merasa capek akan hal-hal yang membuatku menjadi bodoh namun sulit aku menyadarkan. Berlari sekencang-kencangnya pada kedamaian yang entah apa itu namanya, yang hanya kutemukan bila telah mengucap salam dan bersimpuh duduk melemah di hadapan Maha Raja ku.

Aku ingin memeluk, memeluk semua rasa yang terkadang tiba-tiba datang mengendus halus di dalam hati. Siapa itu? Rasa yang selalu berhasil membuatku tersenyum-senyum sendiri. Rindukah itu? Apa itu rindu? Bahkan aku tak pernah mendengar kata rindu dalam hidup. Aku hanya tahu bahwa itu Engkau. Tiada kata yang bisa mengeyuhkan hati selain Nya.

Aku ingin mencium, mencium bibir merahmu yang begitu menawan, bagaimana bisa aku berpindah pandang bila bulu mata saja tak mau berkedip.


Aku ingin berkata, hanya kamu yang berhasil membuat hati ini bertanya. Apa ini? Apa yang sedang kurasa saat ini?

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca.