Aku
memang tidak pernah merencanakan sama sekali liburan semester ini bisa ngelayab
sampe ke Lampung. Berawal dari kunjunganku ke Cilegon untuk menjenguk saudara
sepupuku yang baru saja melahirkan. Akhirnya ide untuk nyebrang ke Lampung pun
datang. Hihihi.
Transportasi
yang aku gunakan dari Cilegon ke Pelabuhan Merak adalah angkot (warna merah) dan
membayar 10 ribu. Lalu turun di depan pintu pelabuhan untuk pejalan kaki dan
para pengantar.Lalu memesan tiket dan masuk ke kapal. Hanya15ribu rupiah tiket
kapal feri menuju Bakauheni dan sebaliknya.
Ini
sebuah warning yang bersifat saran:
jika kau belum pernah naik kapal sama sekali atau sudah pernah tapi sudah lama
dan entah apa lupa rasanya, maka bersiap-siaplah menghadapi gliyeng gliyengnya kapal
dan angin laut yang bisa saja - sangat bisa - membuatmu mabok tanpa minum alkohol
(mabok laut). Bawalah obat pencegah atau pengobat mabok perjalanan. Tetapi
dengan rasa senang yang datang karena excited
terhadap sebuah pelayaran, bagiku mabok laut hanyalah alasan yang bisa
disisihkan untuk tetap bisa menikmati sebuah pelayaran.
Pelayaran
yang menyenangkan dan menyuguhkan pemandangan yang penuh sensasi adalah di
waktu pagi menjelang terbitnya matahari dan di waktusore menjelang tenggelamnya
matahari. Itupun jika cuaca tidak mendung tertutup awan hitam. Kita akan
menyaksikan matahari pulang dan berangkat bekerja di penghujung mata memandang
dari atas kapal dengan pandangan penuh pesona atau ya biasa aja. Tapi di luar
dua waktu itu, pelayaran akan tetap menyenangkan jika kau dan aku berlayar
bersama, pfffftt wekawekaweka.
Tujuan
ku ke Lampung adalah sebuah perjalanan: menyeberangi lautan, menaiki kapal feri,
menempuh jalur lintas Sumatera, mengenal pulau terbesar di Indonesia dan pulau
terbesar keenam di dunia (menurut Wikipedia -sudah hiraukan saja bagian ini) dengan
bahasanya yang campuran antara Bahasa Jawa dan Bahasa Lampung adapula Bahasa
Minang.
Lalu
tujuanku yang kedua adalah - ini agak idealis sih - menjadi travel writer.
Seorang pelancong yang menyusuri tempat-tempat jauh di penjuru peta dengan
biaya paling minimum namun pengalaman paling maksimum. Tentu saja kau harus
pergi tanpa meninggalkan niatan merobek-robek dompet hidupmu bukan? Dak rencana
perjalanan tampak tidak begitu aku hiraukan selain untuk menempuh jarak menempuh
perjalanan. Maka aku tidak berharap mengunjungi tempat-tempat wisata yang
disebut banyak orang dan mendapat tagar banyak di instagram: tempat liburan yang
disetubuhi banyak pungutan disana-sini. Angkot, Kapal feri, bis, jalanan,
potret pantai pinggir jalan (banget), perkampungan kecil di Lampung Selatan:
merupakan wisata tersendiri bagiku dan bagi warung ku Warung Kata.
0 comments:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca.