copyright from google |
Novel yang sangat berkelas. Itu kata pertama yang tepat untuk
mengapresiasi novel ini. Dalam pandangan saya sebagai orang yang menyukai novel
dan sejenisnya. Novel ini memiliki diksi dan gaya bahasa yang bisa disebut “not really fiction.” Seperti saya
membaca suatu curhatan atau kisah nyata yang dituliskan oleh seseorang atas
kejadian atau kisah dalam hidupnya. Meskipun tidak bisa dibenarkan juga. Tapi,
serius, diksi dan alur ceritanya terimajinasi dengan sangat rapi sehingga
tergambar seperti nyata, menurut saya. Ya orang saya yang baca.
Oke, kita coba usik sedikit ke isi novelnya.
Penokohan yang begitu solid, dalam artian. Tokohnya saling
mendukung kedudukan tokoh lain, dan penggambaran tokoh satu dan yang lain
begitu kuat dan berbobot.
Alur cerita maju mundur yang begitu implisit pun menambah
titel “kelas” untuk novel ini.
Dalam kebanyakan novel yang pernah saya baca sebelumnya. Penulisan
dalam satu bab novel yang membahas tentang kejadian masa lampau atau masa depan
yang membuat alur cerita menjadi mundur atau maju, biasanya perubahan alur itu
ditandai dengan tanda bintang (*) atau tanda lain, terkadang ada pula yang
menulisnya dengan italic. Tapi dalam novel Critical Eleven tidak. Penulisan perubahan
alur dari maju ke mundur langsung di tumpang tindih tanpa tanda apapun, namun
tetap bisa dimengerti jalan ceritanya. Dan ini juga menjadi kelebihan
tersendiri bagi novel ini.
Pilihan kata yang tidak teralalu fiksi dan bentuk cerita yang
terlihat hampir nyata membuat novel ini pantas untuk disebut novel berkelas dan
berkualitas. Dari segi alur, penokohan, settingnya. Unsur extrinsik dan
intrinsiknya lah ya. Detail-detail yang sangat sangat jelas dan nyata, meskipun
memang tidak semua pembaca bisa mengerti detail setting yang dituliskan oleh
Ika Natassa, karena saking detailnya. Tapi ini juga menguatkan titel “kelas”
untuk novel ini.
Ya begitulah sedikit ulasan dari saya. Ga nyesel deh beli
novelnya. Mantap.
0 comments:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca.