Kamis, 27 Juli 2017

Pesta Kehilangan




Pesta Kehilangan (1)
Aku merayakannya dibalik kebahagiaan jendela-jendela kota penuh cahaya
Menemuimu dibalik puisi-puisi dimana kau merasa
ditinggalkan
Sedang:
Ada tangan yang ingin menggapaimu, bukan dari kehilangan
tapi tidak ingin kau hilang

Pesta Kehilangan (2)
Mimpi-mimpi dibalik sudut perkotaan yang kejam.
Penuh ambisi, sukar untuk dieksekusi
Lalu kamu:
Sedang menekuni waktu, menari sendiri
diantara yang lalu, kini dan masa nanti

Pesta Kehilangan (3)
Dinda,
Kau hanya sedang tidak mengerti
Tapi,
Aku tidak mungkin menunggu

Pesta Kehilangan (4)
Aku rasa puisi ini sudah selesai
Tapi,
Ah masih ada:
di balik jendela-jendela penuh warna
Aku selalu menunggumu bertegur sapa

Pesta Kehilangan (5)
Mengambil daging dalam duri lebih mudah bukan?
Daripada mencari jarum dibalik jerami
seperti Kau:
Dinda,
dicintai banyak orang lebih mudah, daripada
mencintai satu orang

Pesta Kehilangan (6)
Tapi,
Sekali lagi.
Kau hanya sedang tidak mengerti
dan, aku mencoba rasional:
Bagaimana caranya aku pergi

Pesta Kehilangan (7)
Aku sedang berusaha jujur pada diriku sendiri:
Aku sedang berbohong

Pesta Kehilangan (8)
Semua hasrat yang hanya berarti “hanya”
Terlalu sukar bagiku
Seperti:
Ketika senyummu sudah jatuh pada laki-laki
yang bukan aku

Pesta Kehilangan (9)
Mungkin kasusnya sederhana
Gegabah bukan lagi hal yang berguna
Berbahagia dengan kata “sekadar”
Maka nikmati kesedihan yang juga harusnya “sekadar”
Tapi,
pedih selalu datang lebih menukik

Pesta Kehilangan (10)
Puisi hanyalah puisi
Kata-kata hanyalah kata-kata
Ia ditinggal pergi penulisnya
Sendiri dan tak berpenghuni
Sedangkan “kau” selalu bisa sembunyi
Di balik sudut-sudut paling tersembunyi
yang tidak mungkin kau temui sendiri

Pesta Kehilangan (11)
"Sudah! Kau tidak perlu mencampuri urusanku
soal yang mana baik dan yang tidak". Begitu marahmu
di taman itu
Tempat kita berdekapan dulu

Pesta Kehilangan (12)
Malam itu
Aku merelakanmu pergi sejauh-jauhnya
Ah tidak: Aku merelakanmu di tinggal pergi oleh ku sejauh-jauhnya.
Tapi pasti kau menyadari, aku pandai memutar kata

Pesta Kehilangan (13)
Kau suka bukan?
Perayaan kehilangan
Tamu-tamu berdatangan: bersalaman dan berpelukan, dalam sudut-sudut puisi-puisi kesunyian;
yang mereka bawa dari nyaman

Pesta Kehilangan (14)
Sedangkan, aku benci perayaan
Silahkan saja tamu-tamu datang kesini
merayakannya sendiri-sendiri
sedikit penuh pretensi,
dengan naif aku mengatakan:
Ouh terimakasih atau ouh ya aku baik-baik saja,
tentu sambil sedikit mencibir

Pesta Kehilangan (15)
Dinda,
Aku benci kehilangan
Aku benci perayaan Dinda
Tapi aku tak mungkin menunggu.
Brengsek, mengapa wanita bisa membuatku terlihat terlalu melankolis

Pesta Kehilangan (16)
Aku ingin kau membaca suratku (Pesta Kehilangan)
dari satu hingga dua ribu duapuluh: kehilangan.
Lalu aku menangis; meninggalkan Kau pergi, dalam hati.

Pesta Kehilangan (17)
Dibalik puisi-puisi yang kau baca dalam kerinduan
Kau diam-diam menyimpan dendam, ah tidak
diam-diam kau berusaha merelakan
"Agar tidak payah" Begitu jelasmu
di taman itu
Tempat kita berdekapan dulu

Pesta Kehilangan (18)
Aku tak sadar
Telah menyimpan potongan gelagak tawamu sebab candaanku:
Di saku celana, saku kemeja, celana dalam,
laci, lemari, kamar mandi, tumpukan laundry,
bibirku, telingaku;

Pesta Kehilangan (19)
Apa boleh buat
Kita tak bisa memaksakan kehendak orang lain:
Aku mencoba rasional.
Selamat bersenang-senang Dinda
dengan Pesta yang sedang Kau rayakan
Kau pandai menari-nari: yang lalu, kini, tapi ragu dengan masa nanti.

Pesta Kehilangan [Edisi Spesial]
Sedikit hadir lebih lengkap
Kehilangan (satu) sampai (duapuluh)
Akan sampai pada duaribu duapuluh:
Tuhan tidak akan pernah kehilangan stok kehilangan
Kehilangan tidak akan pernah hilang dimiiki Tuhan.

Pesta Kehilangan (20)
Kau sedang bersembunyi dibalik cahaya
Mencoba menimang-nimang;
Kata apa yang tepat untuk membuka panel pesan
“apa kabar?” akh.
“sedang ada dimana?" akh.
“sedang membaca apa?” akh.
“sedang sibuk apa?” akh. Bukan, bukan, bukan
Kau begitu tampak kesusahan membuka pembicaraan
Di tengah suasana asing, yang katamu;
Seharusnya, sebaiknya, seandainya, sebenarnya, jika, maka. Kita tidak bersama.
Sambil menari-nari sendiri


Kamis, 13 Juli 2017

Jatuh Cinta? Coba Tulis



Kamu gak percaya?

Coba, ambil buku catatan mu! Apa pun yang berfungsi untuk mencatat.

Sudah?

Lalu buka tutup pulpenmu. Tulis, apa yang ada dalam hati dan pikiranmu.

Sudah?

“sudah.”

Nah, sekarang kamu sedang jatuh cinta.
_________

Kamu masih tidak percaya?

Coba tulis lagi

“Apa?”

“Namaku.”

“Sudah.”

“Nah sekarang kau belajar melupakan dia.”

“Sial!” (sambil melempari ku buku dan kaleng-kaleng biskuit)
_________

Banyak-banyak saja kamu membaca buku, agar kamu tidak merasa hampa. 
Dan... Mungkin sudah saatnya kamu menyimpan rahasia-rahasiamu dalam kertas-kertasmu.

“Agar?”


Agar tidak ada yang berpura-pura mencintaimu atau tidak ada yang pura-pura mempedulikanmu.

13 Juli 2017
*Tulisan sehabis mandi

Rabu, 05 Juli 2017

SMARTPHONE HOLIDAY



Mari kita rayakan liburan kali ini dengan:
SMARTPHONE HOLIDAY

Yang belum punya smartphone, beli dulu, ga usah mahal-mahal. Kasian emak. Yang penting bisa Line, Wasap, Instagram dan teman-temannya sejenis.

Lalu, ayo kita rayakan kesepian dalam ujung jari-jari kita. Di atas kemalasan pembaringan.

Lalu kita saling mudah dalam jatuh cinta.
Karena?

Karena kita bahagia. Bahagia dalam kesepiannya sendiri-sendiri.

Aku jatuh cinta padamu, kamu jatuh cinta pada nya, nya jatuh cinta padamu, tapi kamu diam-diam jatuh cinta padaku, tiba-tiba juga dia jatuh cinta padaku diam-diam, lalu nya juga jatuh cinta pada dia –entah dengan cara apa.

Hingga nya, dia, kamu dan aku. Sama-sama jatuh cinta.

Dalam?
Dalam kesepian masing-masing.

Karena?
Karena kita bahagia.

Maka,
Mari kita bersedih saja. Agar tidak mudah jatuh cinta. Karena jatuh cinta bukanlah kata kerja.
Jadi, ayolah kita abaikan saja bahagia, mari bersedih.

Dengan cara?
Mencintaku. Hal yang paling menyedihan bukan?

Bisa juga bagiku.
Dengan cara? 

Mencintaimu. Namun sama-sama sepakat kita tidak saling jatuh cinta.

Penasaran kenapa?
Karena kita, ah maaf, Aku dan Kamu (sebut saja begitu) sama-sama jatuh cinta dalam bahagia.

Sudah, aku lapar. Makan dulu, ayo.

19:53

Selasa, 04 Juli 2017

Laki-laki Yang Pertama Kali Menjadi Ayah



Ayah:
Selamat datang sepi yang baru
Kau sudah hidup di bumi selama 1/5 abad
Berpuluh tahun kau sudah menjejal oksigen bumi
Dosa-dosa dan doa-doa telah berjejalan masuk dari telinga, mata, mulut, kepala dan seluruh tubuhmu yang pernah tumbuh celah.

Semenjak 20 tahun yang lalu. Pertama kali kau:
Kulitmu, mekar dalam udara. Di planet paling nyaman sejagad raya. Hidungmu megap-megap berlomba menghirup oksigen. Dalam tangis cempreng yang menderu-deru mulut mungilmu. Tangis bahagia, begitu kata mbah uti. Dikumandangkan kalimat-kalimat seruan Allah ditelingamu. Tidak ada suara selain adzan, bunyi tangismu, komat-kamit doa, dan hening. Sakral. Lalu senyum dan tawa bahagia dari para saudara-saudaramu.

Ayah-ibumu menitikan air mata,
“selamat datang nak. Di dunia yang rumit dan pelik. Pantas kau menangis. Intuisi manusia memang tajam, dunia ini penuh tipu daya. Tuhan telah menitipkan amanat-Nya kepada kita, ayah dan ibumu. Sebagai cabang-cabang kesunyian Tuhan paling mutakhir. Sekali lagi, selamat datang nak.” Bisik ayahmu dengan sedu-sedan menggendongmu.

Kau sekarang sudah tumbuh dewasa.
Kau tumbuh dengan doa-doa dan dosa-dosa yang selalu hidup beriringan.
Berdamailah dengan doa, berperanglah dengan dosa.

Dalam tahun-tahun perjalanan hidupmu menua, jangan
Pernah sekalipun kau lupa Allah.
Beribadah dan berdoalah selalu dengan rajin.

Laki-laki!
Kelak, jika engkau menjadi laki-laki, ketika kau putuskan untuk meminang wanita. Ingat nak, yang kamu pinang bukan hanya gadisnya. Bukan hanya pernikahan kamu dengan dia, tetapi pernikahan dua keluarga. keluarganya dan keluargamu, mengikat tali saudara baru, tanpa dendam dan benci. Seharusnya.
Begitulah tugas laki-laki. Kau yang menjadi pilar utama utuhnya keluarga, utuhnya tali silaturahmi! Jangan pernah kau bercandai hal seperti ini. Atau kau akan memakan lidahmu seumur-umur.
Semoga kau tidak lupa nasehatku.