Senin, 01 Februari 2016

sekolah! buat apa?


Buat apa sih kalian sekolah? telak! satu-satunya kata tanya yang harus kalian telan mentah-mentah. hemmmmm.......sekolah, mungkin mereka pengikut arus, lalu sekolah. mungkin mereka terdoktrin oleh keluarga, lingkungan & karib kerabat, lalu sekolah. Mungkin landasan mereka sekolah cuman buat setitik tinta tanda kehadiran, mereka phobia alfa, phobia poin nanti DO. Mungkin landasan mereka ngejain tugas cuman buat ngejar nilai KKM, mereka phobia ga naek kelas.
Ada juga yang bahkan sekolah hanyalah rutinitas, dia ga peduli seperti apa nominal angka yang dia dapat di sekolah. Dia hanya menjalani rutinitas lalu selesai. Kasian, lagi-lagi mereka hidup tapi tak bernafas. jasadnya hidup namun jiwanya beku. terlalu sering mengambil langkah ke 3 tanpa tahu langkah ke 2 dan ke 1. Ya beginilah, melakukan sesuatu tapi tak tahu makna. Harusnya kita malu pada bapak soekarno, beliau tetap belajar walau kakinya di rantai dan tubuhnya di penjarakan. Harusnya kita malu dengan rakyat-rakyat penjajahan, mereka tidak bisa sekolah karena sekolahan hanya untuk rakyat bangsawan. Harusnya kita malu pada rakyat tahun 60an, mereka rela tak makan hanya untuk membeli sebuah buku untuk menulis di sekolah. Lalu kita punya hati nurani macam apa bila berani menyobek-nyobek buku. Binatang pun tak secanggih itu saya rasa.
Yang mendapat nilai tertinggi di kelas dan di sekolah, pahamilah kalau kalian bukanlah yang tercerdas. karena kalian hanyalah orang yang berhasil melakukan semua sistem doktrinisasi dengan sangat baik, maka dari itu kalian mendapat nilai tertinggi.
Doktrinisasi yang memaksamu mengerjakan PR siang malam menggenjot otak. Ketika yang lain males-malesan dengan gadget dan asyik dengan hobinya, maka kamu asyik dengan buku yang selalu kamu iming-iming mendapat juara kelas, belum cukup hanya sampai disitu! Masih banyak hal yang lebih besar di luar sana dan kaliau kalian masih nganggep juara kelas ialah yang tercerdas. salah. Cerdsas itu inovatif dan kreatif kawan. cerdas itu tak melulu tentang kognitif. Cerdas itu tentang bagaimana kita mampu menjawab pertanyaan hidup dan mengatasinya, dan orang pinter sering salah melakukanya.
"Bila kalian dalam waktu mencari ilmu lalu mendengar berita duka ibumu wafat, lantas kalian sibuk dengan pencarianmu dan sulut tuk ditinggalkan. Maka lanjutkanlah pencarianmu, sampai kau temui waktu tepat untuk menemui ibumu." kata pepatah. Coba resapi makna dalam pepatah itu.
"carilah ilmu sampai ke negri cina," "belajarlah yang rajin agar orang tua kalian banggai." bla..bla..bla..bla..bla..bla.. semua itu kalimat klasik. Mendalam tapi jarang kalian gubris. Pertanyaannya ialah bila kalian ingin menjadi manusia? ya belajar. kalian ga cukup cuman pintar. Kalian terlalu nyaman bersembunyi di balik harta orang tua. Tidur enak, makan tinggal makan, mandi pun banyak air, minum tak perlu jalan puluhan kilometer, dan sekolahpun tinggal duduk. semuanya mudah. Bukan malah justru kita dibutakan denga semua kenikmatan itu. Semuanya mudah. Comfort zone. Tapi masih ada diantara kalian yang takut tuk hanya sekedar bermimpi, masih ada yang duduk-duduk manis sementara dunia makin kacau, masih ada yang rela tanah air beta makin hancur. Bukanya ikut merevitalisasi tapi malah memaki-maki. Jangan katakan sejumput kemanusiaan kalian hilang.
Belajarlah sesuai dengan yang ingin kalian ketahui. Bukankah sekolah tidak pernah memaksa kalian sepikiran dengan mereka. Bukankah sekolah melazimkan kebebasan berfikir bagi muridnya. Namun bukan berarti tanpa tujuan itu baik "kadang kita memang gak suka pelajaran tertentu, tapi memerhatikan bukan soal suka tidak suka. Ini soal menghargai." Menghargai waktu,, menghargai guru, menghargai perjuangan pahlawan, menghargai sejarah dan masa depan.
"Aku adalah budak dari orang yang mengajariku satu huruf." Kalian ini budak ilmu, jadi bila kalian mengalami suatu kebosanan, kesumpekan, dan kegundahan. jalani saja! karena "hidup selalu indah pada waktunya dan Tuhan tidak pernah tertidur untuk melupakan mereka yang percaya pada usaha dan takdirnya.

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca.